MANADO — Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memaknai Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-28 antara lain dengan menggelar seminar nasional 100 Profesor Bicara Stunting. Seminar ini menggandeng kemitraan akademisi melalui perguruan tinggi yang melibatkan profesor sebagai pembicara secara virtual.
Kegiatan dilaksanakan secara serentak di tingkat nasional sesuai jadwal perwilayahnya, dan Sulawesi Utara yang masuk dalam wilayah Indonesia Tengah dilaksanakan pada 6 Juli 2021.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulut Ir. Diano Tino Tandaju, MErg dalam sambutan pembukaan menyampaikan bahwa dalam prioritas pembangunan, BKKBN mengadakan agenda prioritas pembangunan Nawa Cita ke-5 yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Katanya, BKKBN mengemban mandat untuk mewujudkan agenda pembangunan nasional bidang Bangga Kencana. Sehingga BKKBN menempuh langkah koordinasi untuk memanfaatkan persyaratan kependudukan demi meningkatkan kualitas SDM yang berdaya saing.
“Makanya pembangunan suatu negara juga diawali dari pembangunan keluarga, karena keluarga merupakan subjek atau pelaku dari pembangunan,” ujar Tandaju.
Dijelaskan juga, Presiden RI memberikan amanah kepada BKKBN sebagai Ketua Pelaksana Program Percepatan Penurunan Stunting pada 25 Januari 2021, sehingga bersama kementerian dan lembaga terkait lainnya bersama-sama dalam program percepatan stunting. Sebab di Indonesia prevalensi stunting cukup tinggi dengan capaian 27,67% di tahun 2020.
“Untuk mendukung percepatan pencegahan stunting di tingkat lapangan melibatkan sumber daya dan potensi yang dimiliki BKKBN. Yakni Penyuluh Keluarga Berencana (PKB), Petugas Lapangan Penyuluh Keluarga Berencana (PLKB), Kader Kelompok Kegiatan (POKTAN), Pembantu Pembina Keluarga Berencana (PPKBD), dan Sub PPKBD sebagai ujung tombak,” ujarnya.
Dalam Kebijakan Percepatan Penurunan Stunting, katanya, Presiden Jokowi mengamanatkan pencapaian target nasional prevalensi stunting yang harus dicapai sebesar 14% pada tahun 2024.
Kepala BKKBN Pusat, DR. (HC) dr. Hasto Wardoyo. Sp.OG.(K) dalam sambutannya melalui video virtual juga menjelaskan bahwa kondisi penduduk sekarang ini membutuhkan SDM yang benar-benar dapat mencapai Indonesia maju. Melihat pada jumlah proporsi pemuda yang sangat besar, maka dibutuhkan generasi yang produktif, dan bebas dari stunting.
“Melihat pada prevalensi stunting yang cukup tinggi di beberapa daerah, saya yakin para ahli, para profesor akan sangat mudah menganalisa berbagai permasalahan yang terjadi,” ujar Hasto.
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN RI, Rizal Damanik juga mengatakan bahwa berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia berjumlah sebanyak 270,20 juta jiwa. Jumlah penduduk yang besar merupakan aset jika diimbangi dengan kualitas yang baik.
“Program pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana (Bangga Kencana) dan berbagai program prioritas di dalamnya senantiasa diarahkan untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,” ujar Damanik.
Dengan adanya pencapaian tersebut, tambahnya, BKKBN tentunya tidak dapat berjalan sendiri. Sehingga penting sebuah kemitraan dalam sebuah kerjasama dengan para profesor melalui akademisi.
BKKBN Provinsi Sulut dalam seminar tersebut melibatkan 3 profesor sebagai narasumber. Mereka adalah Prof. Dr. dr. Nova H. Kapantow, M.Sc, SpGK. Guru Besar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat Manado ini menjelaskan tentang gizi remaja dalam menentukan masa depan bangsa dan mencegah stunting melalui pendekatan perbaikan gizi.
Sementara Prof. Dr. dr. Adrian Umboh, SpA(K), Guru Besar Fakultas Kedokteran dan mantan Dekan Fakultas Kedokteran Unsrat Manado ini menjelaskan tentang pencegahan stunting dimulai dari anak dan remaja dengan melalui pendekatan secara klinis dengan memperhatikan 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd, Ketua Umum Pengurus PGRI menjelaskan tentang peran pendidikan dalam pencegahan stunting.
Menurut Tandaju, harapan dengan digelarnya seminar ini agar memperoleh langkah strategi yang bersumber dari berbagai disiplin ilmu yang mampu memetakan dan mencari formula khusus untuk penanganan stunting secara komprehensif. Hasil telaah kritis dan analisa akademisi serta terobosan yang efektif dalam menentukan aksi cepat di level pusat maupun daerah menjadi salah satu andil terhadap penanganan stunting di Indonesia.(hdr/red)