Scroll untuk baca berita terbaru
banner 325x300

Di Tengah Pandemi, Ekonomi Sulut Terdongkrak Tinggi Karena Ekspor

×

Di Tengah Pandemi, Ekonomi Sulut Terdongkrak Tinggi Karena Ekspor

Sebarkan artikel ini
Arbonas Hutabarat saat memberikan sambutan dalam Temu Responden.

MANADO — Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Arbonas Hutabarat mengungkapkan pada triwulan II 2021 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali menunjukkan pemulihan dengan laju pertumbuhan sebesar 8,49% (yoy). Ini menunjukkan ekonomi Sulawesi Utara pulih di tengah pandemi Covid-19.

Dalam Temu Responden Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, yang digelar di Four Points Manado, Rabu (13/10/2021) malam, Arbonas menyebutkan BI bersama Pemerintah Provinsi Sulut dengan institusi vertikal dan horizontal lainnya akan menjaga ketahanan perekonomian. Menurut Arbonas, Provinsi Sulut merupakan net eksportir perdagangan antarnegara di tengah pandemi ini.

“Pada tahun 2020 Provinsi Sulut mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar USD 687,65 Juta. Di triwulan II 2021 juga total ekspor Sulut tumbuh sebesar 13,21% (yoy). Menguat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,41% (yoy),” jelasnya.

Pada triwulan II 2021 ekspor ke luar negeri tercatat USD 291,75 Juta atau tumbuh sebesar 44,54% (yoy). Capaian ini menguat dibandingkan triwulan I yang tumbuh sebesar 32,04% (yoy).

Terkait hal ini, katanya, sumber daya alam, khususnya pertanian dan perikanan, memegang peranan penting dalam struktur ekspor luar negeri Sulut. Di mana komoditas minyak nabati merupakan komoditas utama ekspor luar negeri Sulut. Secara rata-rata pada tahun 2020 minyak nabati memiliki share 50% terhadap total ekspor Sulut dengan nilai USD 386,17 Juta.

“Dari jumlah tersebut, minyak kelapa kopra dan turunannya memiliki share 35,37%, minyak kelapa sawit dan turunannya sekitar 9,13%, dan minyak biji sawit sekitar 4,26%,” urainya.

Pada triwulan II 2021, tambah Arbonas, komoditas minyak nabati menyumbang sekitar 62% dari total ekspor Sulut dengan nilai ekspor sebesar USD 179,68 Juta.

Menguatnya ekspor minyak nabati sejalan dengan tren kenaikan harga minyak kelapa/coconut oil (CNO) dunia yang terpantau masih dalam tren kenaikan pada triwulan II 2021.

“Secara rata-rata, harga dunia CNO pada triwulan II 2021 tumbuh sebesar 95,29% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 67,02% (yoy),” ujarnya.

Dilihat berdasarkan tujuan negara, kenaikan ekspor minyak nabati, Sulut terutama terjadi pada negara tujuan ke Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang yang juga merupakan negara mitra dagang utama Sulut.

“Kenaikan ekspor luar negeri pada negara-negara tersebut tidak terlepas dari kenaikan permintaan seiring dengan perbaikan perekonomian pada negara-negara tersebut,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Departemen Statistik (DSta) Bank Indonesia Farida Peranginangin menyatakan optimistis bahwa pemulihan ekonomi Sulut akan semakin membaik dengan memperkuat kegiatan ekspor.

Ketika semua terpuruk, katanya, namun kinerja ekspor Sulut sangat baik. Bahkan meski dari sisi konsumsi terhambat, namun bidang ekspor mampu memberikan kontribusi yang pertama bagi kinerja perekonomian di Sulut.

“BI siap membantu pelaku usaha, khususnya eksportir di Sulut. Terutama saat menghadapi kendala atau hambatan dalam merealisasikan kinerja,” kata Farida. “Terima kasih dan apresiasi yang tinggi terhadap para responden yang selama ini telah bekerja sama dengan BI,” imbuh Farida.(red)