Scroll untuk baca berita terbaru
banner 325x300

Menakar Peluang Calon Sekdaprov Sulut

×

Menakar Peluang Calon Sekdaprov Sulut

Sebarkan artikel ini

Catatan: Bahtin Razak

Sepeninggal Edwin Silangen yang beralih tugas ke Komisaris Utama Bank SulutGo, kursi Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sulut definitif kosong sejak pertengahan November. Sempat diduduki Asiano Gammy Kawatu (Asisten Administrasi Umum) sebagai Penjabat Sekdaprov selama 7 bulan, kini kursi DB 6 itu masih tetap diduduki Penjabat, yakni Praseno Hadi (Asisten Perekonomian dan Pembangunan).

Untuk mengisi kursi empuk ‘Panglima ASN’ Pemprov Sulut (definitif) tersebut, Gubernur Olly Dondokambey dan Wagub Steven Kandouw membuka open bidding atau seleksi terbuka. Sejak 11 Agustus 2022 lalu Panitia Seleksi yang diketuai mantan Penjabat Gubernur Sulut yang kini menjabat Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri Agus Fatoni telah membuka pendaftaran.

Menganalogikan perkataan firman dalam Alkitab: Matius 22:14: “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih, demikian yang terjadi dalam seleksi Sekdaprov ini. Banyak (birokrat) yang layak berkompetisi, tetapi hanya sedikit yang dipanggil–menurut informasi hanya 10 orang. Yang selanjutnya hanya 6 orang yang memasukkan berkas pendaftaran. Dan, dari hasil seleksi berkas dan penelusuran rekam jejak, Pansel yang dibantu Sekretariat Pansel (BKD Sulut) menetapkan 5 orang yang lolos.

Mereka adalah Kadis Perumahan Permukiman dan Pertanahan (Perkimtan) Steve Kepel, Kadis Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Fransiscus Manumpil, Kadis Kesehatan  dr Debby Kalalo, Kaban Kesbangpol Ferry Sangian, dan Kadis Perhubungan  Izak Rey.

Menilik perjalanan karir birokrasi kelima bakal calon yang telah mengikuti asesmen, semuanya sangat layak. Syarat kepangkatan (IV/c), penjenjangan karir (dari staf, bahkan ada yang memulai dari pegawai honorer), hingga pengalaman di birokrasi: seluruhnya memiliki masa kerja di atas 20 tahun sebagai ASN.

Kami mencoba mengulik perjalanan karir birokrat masing-masing bakal calon ini sebagai referensi pandangan masyarakat Sulut: kira-kira siapa yang layak menduduki kursi “Panglima ASN” Pemprov Sulut itu.

Fransiscus Manumpil

Fransiscus E. Manumpil. Angki-sapannya-berlatar pendidikan sarjana perikanan dan magister manajemen lingkungan. Mengawali karir sebagai perencana di Bappeda Sulut hingga menempati salah satu kepala sub bidang di bidang Fisik dan Prasarana (Fispra). Di Bappeda, Angki menjadi salah satu konseptor program mendiang Gubernur SH Sarundajang. Dari Bappeda Angki dipromosikan sebagai kepala bidang di Badan Penanaman Modal. Dua kali memegang kepala bidang.

Selanjutnya di masa Sarundajang juga Angki mendapat promosi jadi eselon II yakni Kepala Biro Sumber Daya Alam. Di masa Olly-Steven periode I, Angki dari Karo SDA pindah ke Karo Perekonomian dan selanjutnya dipromosi sebagai Kadis PM-PTSP hingga saat ini.

Steve Kepel

Steve H. Kepel. Anak mantan Sekdaprov Sulut, Paulus P. Kepel ini berlatar pendidikan sarjana teknik sipil dan magister sumber daya pembangunan. Mengawali karir PNS-nya di bagian laboratorium Dinas PU Sulut. Selanjutnya pindah ke bagian Bina Teknik, dari staf hingga menjadi kepala bidang. Di Dinas PU, bidang Bina Teknik merupakan dapurnya dinas. Yang merencanakan seluruh program infrastruktur ke-PU-an di Sulut. Karena penguasaan seluk-beluk infrastruktur itulah sehingga Gubernur Olly Dondokambey-Wagub Steven Kandouw memilihnya jadi Kadis PUPRD menggantikan atasannya, JE Kenap (sebelumnya masih berstatus Plt karena harus menjalani proses seleksi terbuka). Dari Kadis PUPRD Steve berpindah ke Disperkimtan-juga menggantikan JE Kenap-hingga saat ini.

Debby Kalalo. Berlatar pendidikan dokter dan magister sains kesehatan masyarakat atau Public Health (MSc. PH), sejak awal berkarir di Dinas Kesehatan. Cukup lama bergelut dengan tugas kesehatan masyarakat di bidang Promosi Kesehatan (Promkes): dari kepala subbidang sampai Kepala Bidang Promkes, Plt Kadis Kesehatan hingga akhirnya definitif sebagai Kadis Kesehatan sampai sekarang.

Izak Rey

Izak R. P. Rey. Latar pendidikannya adalah sarjana ekonomi, namun birokrat Pemprov ini matang dengan urusan protokol. Sebelum pindah ke Pemkab Minsel di masa awal pemerintahan Tetty Paruntu, Izak adalah personil senior di Bagian Protokol Setdaprov. Di Minsel Izak dipercayakan sebagai Kadis Perhubungan.

Saat awal pemerintahan OD-SK, di awal 2017 Izak ditarik kembali ke Pemprov Sulut sebagai Kabid Perhubungan Darat. Selanjutnya berpindah ke kursi Sekretaris Dishub, dan akhirnya jadi Kadishub sejak awal 2022 hingga kini.

Ferry Sangian. Birokrat putra Minsel ini sebenarnya lebih dikenal sebagai aktivis. Berlatar pendidikan sarjana sosial, karir birokrat Sangian ‘matang’ di Pendidikan. Ferry Sangian lama meniti karir di Dinas Pendidikan Sulut, dari kepala seksi hingga menempati kepala bidang. Di masa OD-SK pindah jadi Kepala Bagian Kerjasama di Biro Humas dan Protokol, selanjutnya Sekretaris Dinas Kebudayaan merangkap Plt. Kadis Kebudayaan, definitif Kadis Kebudayaan, ‘singgah’ sebentar di kursi Staf Ahli Gubernur, dan beralih jadi Kaban Kesbangpol sampai sekarang.

Ditilik dari perjalanan karir para bakal calon ini, masing-masing memiliki plus minus untuk meraih kursi Sekdaprov. Seperti yang diharapkan oleh panitia seleksi bahwa Sekdaprov yang merupakan pimpinan tertinggi ASN di birokrasi Pemprov Sulut harus memiliki inovasi yang solutif atas berbagai permasalahan di tengah masyarakat dengan mengedepankan kemampuan dan ketajaman analisa.

Tentunya pengalaman karir birokrasi saja tidak menjadi jaminan akan dipilih oleh panitia seleksi. Namun juga kemampuan kognitif yang dituangkan dalam penulisan makalah sebagai konsep rencana kerja bila terpilih jadi Sekdaprov, pun jadi pertimbangan penting bagi panitia seleksi.

Plus minusnya, jika dipaparkan antara lain: dari 5 bakal calon ini hanya 1 orang yang karir strukturalnya naik bertahap: staf, eselon IV, eselon III, eselon II/b (kepala biro), dan eselon II/a (kadis/kaban): yakni Fransiscus Manumpil. Sedangkan yang empat bakal calon: dari eselon III langsung ke eselon II/a. Sementara itu, hanya 2 orang yang berpengalaman jadi Sekretaris (kepala pengelola administrasi atau sering dianggap orang ke-2 di SKPD) di dinas-sedikitnya jadi modal pengalaman untuk jadi Sekdaprov, yakni Ferry Sangian dan Izak Rey. Yang lainnya ‘hanya sampai’ di kepala bidang, langsung ke kursi  karo/kadis.

Soal nilai plus atas kemampuan para bakal calon menulis dan memaparkan gagasan, inovasi, serta solusi untuk rupa-rupa permasalahan yang harus diselesaikan Pemprov tidak diragukan lagi.

Steve Kepel, misalnya. Meski hanya berkutat di bidang ke-PU-an (infrastruktur), namun kemampuannya merencanakan, mengonsepkan, hingga mengeksekusi program infrastruktur di Sulut telah terbukti berhasil. Contohnya, Manado Outer Ring Road (MORR), Jalan Tol Manado-Bitung, dan TPA Regional Mamitarang Ilo-ilo, proses perencanaanya semasa Steve di Bidang Bina Teknik. Begitu juga dengan pembangunan kembali 2 rumah sakit provinsi: RSUD ODSK dan RS Mata semasa dia di Kadis PU.

Izak Rey, walau nanti masuk (kembali) ke Pemprov Sulut di 2017, namun perannya menjalin kerjasama dan sinergi dengan pihak UPT Kementerian Perhubungan terbilang menggembirakan. Antara lain bantuan kapal wisata untuk pengembangan kawasan wisata Likupang dan Bunaken, penambahan kapal untuk layanan rute ke Nusa Utara, serta program lainnya.

Debby Kalalo, boleh dibilang sebagai Kadis Kesehatan Sulut tertangguh. Betapa tidak, pendemi Covid-19 yang merebak hingga memorak-porandakan semua aspek kehidupan dunia, termasuk Sulut, Debby merupakan salah satu yang terdepan menangani pandemi ini di Sulut. Tugas beratnya tertangani sehingga kehidupan di Sulut, khususnya aktivitas ekonomi, telah normal kembali. Untuk urusan di luar Tupoksi sebagai seorang yang berkutat dengan urusan kesehatan, ternyata Debby adalah peserta terbaik dalam Diklat PIM III pada 2016 lalu.

Fransiscus Manumpil, seperti telah dibahas di awal bahwa dia merupakan salah satu konseptor program mendiang SHS. Selama dua periode SHS memimpin Sulut, sebagian besar program yang disodorkan oleh SKPD harus melewati analisanya sebelum disetujui SHS. Demikian pula usulan-usulan program besar SHS ke pusat, antara lain dikonsep oleh pria berdarah Sangihe ini. Contohnya event internasional World Ocean Conference (WOC) 2009 dan penyusunan buku Blue Economy.

Ferry Sangian, yang dulunya dikenal sebagai aktivis, memiliki jejaring yang luas dengan tokoh-tokoh masyarakat Sulut bahkan nasional, termasuk juga tokoh-tokoh politik. Jejaring dan pergaulan luas ini lah jadi modal penting baginya untuk memunculkan inovasi penyelesaian masalah di masyarakat Sulut. Sangian juga telah membuktikan kemampuannya dalam merevitalisasi peran Taman Budaya dan Arkeologi Sulut, serta menjalin sinergitas dengan para seniman dan budayawan.

Terlepas dari berbagai kelebihan maupun kekurangan para bakal calon ini, kapasitas untuk menentukan siapa yang layak ‘duduk’ di DB 6 ada di tangan 5 orang Pansel, yakni Dirjen Bina Keuda Kemendagri DR Agus Fatoni, Irjen Kementan DR Jan Maringka, Rektor Unsrat Prof. Ellen Kumaat, Rektor Unika De La Salle Prof. Johanis Ohoitimur, dan Rektor Unima Prof Deetje Katuuk. Mereka berlima akan menilai konsep dan pemaparan siapa yang paling meyakinkan untuk diaplikasikan dalam tugas sebagai Sekdaprov Sulut.(*)