Scroll untuk baca berita terbaru
banner 325x300

BKKBN Sulut Sosialisasi Pencegahan Kenaikan Angka Stunting di Korban Bencana Manado

×

BKKBN Sulut Sosialisasi Pencegahan Kenaikan Angka Stunting di Korban Bencana Manado

Sebarkan artikel ini
Ignasius Worung (kiri) bersama para pengurus PW NU Sulut

MANADO – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara memberikan edukasi untuk meminimalisasi naiknya angka stunting akibat bencana yang telah merusak rumah, sanitasi, dan air bersih.

Pemberian Sosialisasi KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) Program Bangga Kencana dihadiri oleh Kepala  Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Ketua  Pokja Advokasi  Penggerakan dan Informasi BKKBN Sulawesi Utara Ignasius P Worung, S.E., M.Si,  Ketua Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Provinsi Sulawesi Utara Drs. H Ulyas Taha, M.Pd, dan jajaran, Tenaga Ahli Ketua Komisi IX DPR-RI Faisal Pranoto serta para Koordinator Wilayah dampak bencana banjir.

Dalam paparannya di kegiatan pemberian bantuan, Jumat (10/02/2023), Ketua Pokja Advokasi, Penggerakan, dan Informasi BKKBN Sulut Ignasius P. Worung menyampaikan cara pencegahan stunting terhadap anak baduta dan balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

“Bencana banjir dan tanah longsor telah merusak rumah, sanitasi, dan air bersih sehingga meningkatkan risiko anak-anak baduta dan balita menjadi stunting,” kata Worung.

Menurut Ignasius, di setiap desa telah dibentuk Tim Pendamping Keluarga yang terdiri dari tiga orang, yakni bidan atau tenaga kesehatan, kader PKK, dan Kader KB. Mereka akan mendampingi  keluarga dan calon pengantin (Catin) agar tidak melahirkan bayi stunting.

“Hindari  4 Terlalu, yaitu terlalu muda untuk  melahirkan, terlalu tua untuk hamil, telalu dekat  jarak  melahirkan, dan terlalu sering melahirkan. Hal ini harus dihindari karena akan menimbulkan risiko melahirkan bayi stunting,” kata Ignasius.

Tim Pendamping Keluarga, kata Ignasius, mendampingi dan memberi informasi untuk pemeriksaan  kesehatan bagi calon pengantin, ibu hamil dan balita menjaga kebersihan diri dan  lingkungan.

Risiko stunting berikutnya, menurut Ignasius, disebabkan sumber air yang digunakan, kemudian dari  sanitasi seperti tidak mempunyai jamban atau jamban yang tidak layak, dan kebersihan dari diri sendiri serta lingkungan .

“Dari unsur-unsur penyebab stunting jika dikaitkan dengan peristiwa alam yang dialami oleh masyarakat Kota  Manado pada beberapa waktu yang lalu, pascabanjir, rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal menjadi  kotor. Padahal sanitasi yang baik menjadi salah satu langkah pencegahan stunting,” jelas Ignasius.

Kondisi tersebut menurut Ignasius membahayakan kesehatan anak-anak. Jika si anak sering sakit, energinya akan banyak terkuras untuk melawan infeksi dalam tubuh dan bukan untuk  pertumbuhan. Akibatnya anak-anak berisiko stunting.

“Kesulitan air bersih akibat banjir menjadi masalah selanjutnya dan berdampak bagi kesehatan. Untuk  mengatasinya Posyandu rutin digelar dan edukasi serta bantuan untuk menekan angka anak stunting dilakukan,” ujarnya.(red)