Scroll untuk baca berita terbaru
banner 325x300

BI Sulut Terapkan 5 Program Kendalikan Inflasi, Pemuka Agama Dilibatkan

×

BI Sulut Terapkan 5 Program Kendalikan Inflasi, Pemuka Agama Dilibatkan

Sebarkan artikel ini
Andry Prasmuko (tengah) sedang menjelaskan pengendalian inflasi kepada wartawan

MANADO – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut menerapkan lima strategi kebijakan dalam mengendalikan inflasi di Sulut 2023, terutama jelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Lima strategi itu diterapkan dengan sinergi bersama para pihak sampai kalangan tokoh agama.

Lima strategi itu dalam bentuk Gerakan Pengendalian Inflasi Sulut 2023 itu adalah: Program Marijo Bakobong; Program Pasar Digital dengan e-commerce; Program Pasar Murah; Program Pasar Murah Jelang HBKN; Kerja sama Antar Daerah; dan Komunikasi yang efektif.

Menurut Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut, Andry Prasmuko, salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui high level meeting (HLM) tim pengendalian inflasi. Katanya, BI telah melakukan HLM dengan seluruh pimpinan daerah di Sulut.

“Memang tidak bersamaan atau mengumpulkan mereka sekaligus, tetapi kami lakukan secara marathon untuk memfasilitasi dan membicarakan kondisi terkini, sekaligus mencari solusi terhadap permasalahan,” ujar Andry saat berdialog dengan wartawan di Manado, Kamis (09/03/2023) malam. Dalam kesempatan itu juga ditampilkan slide tiga foto tentang HLM di tiga daerah berbeda: Manado, Sitaro, dan Kotamobagu.

Untuk wilayah Bolaang Mongondow (Bolmong) raya, katanya, sudah terlebih dahulu dilakukan dua pekan silam. Setelah itu nanti dilanjutkan wilayah Manado dan Kepulauan.

“Isu pertama adalah kondisi dan masalah di daerah masing-masing. Setiap daerah pasti punya karakteristik persoalan,” kata dia.

Andry mencontohkan, untuk wilayah kepulauan permasalahannya adalah transportasi. Kondisi yang sulit tersebut menjadi pemicu terjadinya gejolak harga. Tapi juga, Andry menduga ada permainan dari pedagang besar.

“Pemain besar itu sudah ada, yakni pedagang yang menggerakkan stok dari titik satu ke titik yang lainnya. Dan ini yang selalu terjadi,” ungkap Andry.

Untuk lima program BI Sulut, katanya, pihaknya terus mendorong program pemerintah daerah berupa gerakan Marijo Bakobong yang digulirkan Gubernur Olly Dondokambey.

“Program arahan Pak Gubernur ini sudah direspon kabupaten dan kota, dengan tagline masing-masing sesuai dengan kearifan lokal, untuk melakukan gerakan menanam yang telah berjalan baik,” jelasnya.

Untuk mendukung hal itu, katanya, BI Sulut telah menyumbang 350 ribu cabai rawit, bawang, dan tomat (barito) untuk keluarga pra sejahtera dan kelompok tani di kabupaten dan kota.

“Sebagai dukungan kami juga membantu pupuk yang dapat digunakan cukup untuk tiga bulan. Bahkan BI juga memberikan pendampingan, dengan harapan gaungnya dapat dirasakan masyarakat,” ujar pria yang hobi menyelam ini.

Adanya gejolak harga bahan pangan, yakni beras yang terjadi belakangan ini, Andry menyebut bahwa sesuai fakta yang ada, Sulut tidak mengalami kekurangan stok. Karena di pasar sejatinya tersedia dalam jumlah cukup. Agar harga tidak tinggi, kata dia, BI mendorong untuk dilakukan sidak pasar yang bekerja sama dengan Bulog secara intensif.

“Seperti yang telah dilakukan di Kotamobagu. Kami turun bersama-sama dengan Pemprov Sulut yang dihadiri Wakil Gubernur. Bulog juga buka stand sehingga terintegrasi. Strategi ini harapannya dapat direplikasilan di seluruh kabupaten dan kota,” tukasnya.

Untuk menjaga stok sejumlah komoditas pangan yang sering jadi pemicu inflasi, BI juga telah memfasilitasi kerja sama antar daerah. Sebagai contoh, antara Sulut dan Jawa Timur untuk komoditas beras dan bawang merah.

“Beberapa pengusaha sudah melakukan MoU. Maunya kita jangan sampai ada kelangkaan komoditas yang memicu kenaikan harga,” ujar dia.

Ditambahkannya, untuk mempertajam strategi, Andry kembali menyampaikan bahwa semua permasalahan tidak hanya terletak pada ketersediaan stok dan permintaan. Tetapi juga berkaitan dengan psikologis dari penjual dan pembeli yang juga harus dijaga.

“Waktu di Kotamobagu kita bersinergi dengan pemuka agama, dengan harapan dapat membantu program TPID. Bukan dalam bentuk sosialisasi, tetapi bagaimana menjaga umat agar tidak panic buying, melainkan tetap tenang. Keep Cool. Bahkan bisa disampaikan dari mimbar agar pedagang tidak ambil untung banyak-banyak,” tukasnya.(red)