MANADO, gosulut.com – Komitmen mendukung pelestarian satwa liar ditunjukkan Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw. Pemerintah Provinsi Sulut, kata dia, komit menjaga satwa liar yang terancam punah dan dilindungi agar tetap hidup dalam ekosistemnya
Wagub pun melakukan penandatanganan petisi “Bekeng Sulut Bangga, Jaga Satwa Liar Terancam Punah dan Dilindungi” dalam Festival Lingkungan yang berlangsung di Manado Town Square 3, Senin (5/8) 2024, siang.
“Ikhtiar ini, semangat ini, tindakan ini harus tetap kita gaung-gaungkan. Sehingga keberlangsungan satwa liar bisa tetap terjaga dan dilindungi agar tidak punah,” ujarnya dalam sambutan.
Wagub Kandouw menilai acara ini bukan sebatas seremoni belaka. Tapi sangat penting dalam menjaga kelestarian alam. Kata dia, komitmen menjaga alam merupakan prioritas pembangunan yang diperhatikan Pemerintah Provinsi Sulut.
“Saya percaya Tuhan telah menciptakan rantai kehidupan di awal penciptaan. (Ada) manusianya, alam, baik flora atau fauna, satu sama lain ada sebab akibat. Hilang satu, pasti mempengaruhi rantai kehidupan itu,” bebernya.
Sehingga, sambung Wagub, menjadi tugas bersama untuk menjaga rantai kehidupan, jangan sampai ada yang hilang. Termasuk di dalamnya melindungi satwa liar.
Menurutnya untuk mencapai hal tersebut harus dilakukan bersama secara Pentahelix. Di dalamnya pemerintah, masyarakat, komunitas peduli satwa, pelajar, pers, dan pihak lainnya. Jangan sampai, tambahnya, kegiatan memperdagangkan hewan liar, memelihara bahkan mengkonsumsi terus menjadi budaya.
“Kita harus sama-sama punya kesepakatan bahwa ini harus benar-benar kita melindungi,” bebernya.
Wagub juga menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi Sulut dalam pengambilan kebijakan serta mempertimbangkan aspek lingkungan.
Sebelumnya Kepala BKSDA Sulut Askhari DG Masikki menjelaskan, Sulut menjadi pasar yang ‘seksi’ bagi pedagang daging satwa liar dari luar Sulut. Tidak mengherankan bila di pasar-pasar tradisional di Minahasa dan sekitarnya masih ditemukan daging-daging satwa liar seperti ular, kelelawar, tikus hutan, dan lainnya.
“Di Sulut sudah jarang ditemui pemburu satwa liar, apalagi satwa dilindungi seperti monyet atau yaki. Pasokannya dari luar Sulut, karena peminatnya banyak dan harganya juga menjanjikan,” ungkap Askari.
Koordinator Edukasi Program Selamatkan Yaki, Purnama Nainggolan menuturkan, pihaknya telah melakukan kampanye di beberapa kabupaten/kota serta kepada masyarakat untuk tidak lagi berpartisipasi dalam berburu, menjual, mengonsumsi, atau memelihara satwa liar yang terancam punah dan dilindungi. Bahkan bangga bisa menjadi percontohan sebagai pasar yang “Hijau” bagi pasar-pasar lainnya di Sulut.
“Di tahun 2020, Selamatkan Yaki memfasilitasi pertemuan yang melibatkan berbagai pihak terkait dan menghasilkan sebuah kerangka kerja aksi untuk strategi mitigasi perdagangan satwa liar ilegal. Kerangka kerja ini berfungsi sebagai platform untuk berbagi pengetahuan dan bersinergi dalam upaya kolaboratif untuk mengatasi perdagangan ilegal satwa liar di Sulut. Salah satu tujuan dalam kerangka kerja aksi tersebut tercantum dalam objektif lima yaitu melibatkan penjual dan pemburu sebagai kelompok sasaran untuk menghentikan penjualan satwa liar yang dikonsumsi,” kata Nainggolan.
Ada pun isi dari Deklarasi tersebut yakni :
Perlindungan Satwa Liar Bangga Nyanda Buru, Jual, Makang Deng Piara Satwa Liar Terancam Punah dan Dilindungi. Kami Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara Bersama Masyarakat dengan Ini Menyatakan Komitmen untuk :
– Bersama-sama mengurangi dan mencegah perdagangan satwa liar serta konsumsi daging satwa liar dilindungi di wilayah Provinsi Sulawesi Utara.
– Meningkatkan pengetahuan tentang konservasi satwa liar sejak dini melalui sosialisasi kepada masyarakat dan pendidikan sejak dini melalui muatan lokal.
– Menjadikan kebijakan pro lingkungan dan konservasi satwa liar sebagai salah satu acuan dalam penyusunan program kerja lingkup pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.
– Mengimplementasikan pendekatan One Health untuk mengantisipasi penyebaran penyakit zoonotik dan penyakit infeksi baru.
– Berkomitmen untuk mengintegrasikan perlindungan satwa liar dengan perubahan pola konsumsi pada masyarakat khususnya pada keluarga melalui program PKK dan organisasi perempuan lainnya di pemerintah.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Asisten III Setdaprov Sulut Fransiscus Manumpil, Kadis Kehutanan Sulut Jemmy Ringkuangan, Kepala Badan Ketahanan Pangan dr Jemmy Lampus, para pejabat UPT Kementerian KLHK di Sulut, para siswa/pelajar dan mahasiswa.(irz/red)