Scroll untuk baca berita terbaru
banner 325x300
PemerintahanSulut

Moda Transportasi Massal dan Konektifitas di Sulut Jadi Tantangan Insan Perhubungan

24
×

Moda Transportasi Massal dan Konektifitas di Sulut Jadi Tantangan Insan Perhubungan

Sebarkan artikel ini

MANADO — Moda transportasi massal dan konektifitas menjadi tantangan bagi insan perhubungan di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

Hal itu diungkapkan Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sulut, Steve Kepel ST, saat membuka Rapat Koordinasi Teknis (Rakortek) Pembahasan Penyusunan Program Strategis Sektor Transportasi, di Hotel Luwansa Manado, Selasa (21/02/2023).

Menurut Kepel juga mantan Kepala Dinas (Kadis) PU Sulut ini, Manado adalah kota yang sangat berkembang. Karena itu, Gubernur Sulut Olly Dondokambey telah didesain direncanakan penerbangan langsung ke Narita, Tokyo dari Kota Manado.

“Karena memang posisi Sulawesi Utara itu ada di ujung utara Indonesia dan menjadi pintu gerbang Indonesia di Asia Pasifik karena berada di ujung utara,” ujarnya.

Lanjut dikatakan Kepel, bukan hanya Narita Tokyo, tapi jauh sebelum covid sudah laksanakan penerbangan reguler dengan 8 kota di China.

Setelah penjajakan penerbangan langsung Narita Tokyo, katanya kemudian akan lanjut Jeju Korea Selatan (Korsel).

“Perkembangan selanjutnya akan diikuti dengan negara negara di Asia Timur. Yaitu Hongkong, Taiwan dan Makau,” ujarnya.

Selain itu, Kepel menambahkan, dengan dibuka konektivitas ini akan menciptakan perkembangan kota dan mendorong investasi, karena masuknya arus penumpang dan wisatawan di Manado.

“Sekarang bagaimana menciptakan moda transportasi massal. Ini harus dipikirkan mulai dari sekarang. Moda transportasi massal baru, tidak hanya bus.Tapi juga kereta listrik untuk menghubungkan titik-titik terjauh yang ada di kota. Manado selatan ke utara.
Ini untuk mencegah kemacetan di kota. Sebab Kementerian PUPR sudah membangun Ring Road III untuk mengurai kemacetan. Ini menjadi salah satu solusi,” bebernya.

Dia pula menjelaskan terkait letak geografis wilayah Sulut. Ada 300 pulau tersebar di hampir seluruh kabupaten kota yang ada. Di luar Kota Tomohon dan Kotamobagu. Memiliki pulau, baik pulau yang berpenghuni maupun tidak.

“Wilayah ini memacu kita untuk segera berusaha mewujudkan konektivitas. Penggunaan moda transportasi baik laut maupun udara sangat penting,” katanya.

Dia juga mencontohkan pulau yaitu Siau di tengahnya ada gunung berapi Karangetan. Begitu meletus hebat warga masyarakat akan bingung lari ke mana karena hunian warga berada di pesisir pantai. “Ini tugas perhubungan  bagaimana menyiapkan transportasi untuk evakuasi,” tuturnya.

Kemudian soal pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi akibat disparitas di Provinsi Sulut. Warga masyarakat yang ada di pulau Miangas akan lebih cepat mengakses Santos General Santos dan Kota Davao.Termasuk warga kepulauan Nanusa.

“Warga Kepulauan Nanusa ini ada di Kabupaten Talaud. Itu adalah pulau pulau kecil terluar. Batas utara kepulauan itu adalah lautan pasifik. Batas selatan itu ada pulau Karakelang. Dan ini menjadi satu tantangan bagaimana menjamin kemajuan dan kesejahteraan warga masyarakat. Akses yang kita gunakan yaitu perhubungan laut dan udara,” tandasnya.

Sekadar informasi, turut hadir dalam kegiatan tersebut yakni Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sulut Izak Rey, Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah XXII Provinsi Sulut, Mangasi Sinaga, Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Sulut Hendro Satrio dan stakeholder di Provinsi Sulut. (red)