Scroll untuk baca berita terbaru
banner 325x300

Keluarga Indonesia, Bersiaplah Kawal New Normal

×

Keluarga Indonesia, Bersiaplah Kawal New Normal

Sebarkan artikel ini
Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo

JAKARTA — Anak dan remaja Indonesia saat ini akan menjadi kohor atau kelompok usia yang memiliki karakteritik atau pengalaman yang sama dalam periode tertentu di usia 35-50 tahun pada 2045. Mereka juga akan menjadi aset bagi Indonesia memetik bonus demografi apabila mereka berkualitas dengan baik.

Namun, kata Kepala BKKBN RI dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), di situasi pandemi Covid-19, anak dan remaja dapat menjadi kelompok rentan apabila pengetahuan, sikap dan praktek keluarga dalam protokol kesehatan pencegahan Covid-19 rendah. Maka dari itu, perlunya suatu solusi yang terbaik dan komprehensif dari segala sektor untuk tetap dapat menjaga anak dan remaja di masa pandemi saat ini untuk menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.

Katanya, Presiden RI Joko Widodo seperti dikutip dalam siaran pers Kementerian Sekretariat Negara RI pada 15 Mei 2020 meminta masyarakat Indonesia untuk “Hidup Berdamai” dengan Covid-19. Menurutnya, hidup berdampingan dengan Covid-19 bukan berarti menyerah dan menjadi pesimis. Justru dari situlah menjadi titik tolak menuju tatanan kehidupan baru (new normal) masyarakat untuk dapat beraktivitas kembali sambil tetap melawan ancaman Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

“Harapan kami sebetulnya ketika kita memasuki era new normal maka kita ini bisa berpikir yang se-komprehensif mungkin. Tetapi sebagai praktisi pelaksana program di lapangan apalagi mewakili keluarga dan juga masyarakat ini bisa mendapatkan solusi protokol yang sifatnya sederhana dan mudah diaplikasikan itu harapan kami,” katanya dalam Webinar ‘NEW’ HEALTHY FAMILY ft. NEW NORMAL LIFE secara virtual melalui aplikasi Zoom, Sabtu (06/06/2020).

Tentu, tambanya, pertimbangan yang komprehensif tadi sudah barang tentu akan sangat mengindahkan seperti apa penurunan reproduction rate untuk daya tular virus itu apakah sudah mengalami penurunan dengan baik apakah sudah di bawah 1 dan di Indonesia kan memang keluarga-keluarga kita ini tinggalnya di berbagai provinsi yang sangat bervariasi. “Tentu kalau dihitung reproductive rate-nya juga akan sangat beda-beda antar kesenjangan satu provinsi dengan provinsi yang lain,” kata Hasto.

“Keluarga menjadi madrasah utama dan pertama bagi anak dan remaja untuk mengawal implementasi tatanan kehidupan baru (new normal). Keluarga yang berketahanan akan dapat mewujudkannya,” ujarnya.

Anggota Badan Pengurus YKIS sekaligus Ketua Umum IPADI dan Inisiator GenRe Dr. Sudibyo Alimoeso, MA. mengatakan bahwa beberapa upaya dapat dilakukan keluarga dalam meningkatkan ketahanan keluarga di masa Pandemi Covid-19. Pertama, menguatkan spiritualitas dan religiusitas (keimanan) terhadap Tuhan Yang Maha Esa; kedua, menilai ulang kapasitas ekonomi keluarga untuk dapat bertahan di tengah situasi yang tidak menentu; ketiga, memperluas ruang komunikasi dan mendorong komunikasi yang efektif antar anggota keluarga; keempat, memperbaiki serta menguatkan fungsi-fungsi keluarga agar mampu menghadapi situasi yang tidak diinginkan; kelima, menyampaikan gagasan potensi krisis (akibat Covid-19) dan pastikan keluarga merespon secara memadai terhadap perubahan-perubahan yang diperlukan.

“Dalam situasi pandemi Covid-19, seorang ayah juga dituntut menjadikan dirinya sumber pendidikan anak-anaknya, dan tidak meletakkan fungsi keluarga sepenuhnya pada ibu. Peran orangtua mencakup pada pengasuhan serta tumbuh kembang anak dan kepribadian remaja,” tukas Sudibyo.

Hasto menjelaskan bahwa berdasarkan hasil survey virtual BKKBN terhadap 20.600 keluarga Indonesia bahwa sebagian besar suami dan istri mampu bekerja sama dengan cukup bagus di rumah tangga selama pandemi Covid-19 ini. Hasto berharap hasil survey BKKBN terhadap keluarga tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat protokol new normal nantinya.

“Protokol (new normal) juga mencirikan kerja gotong royong. Tentu protokol ini dengan new normal juga dibuat dengan sederhana mampu dikerjakan tanpa tergantung bangsa lain. Kita bukan benci asing tapi kita cinta dengan kemandirian. Dan kemudian berdayakanlah SDM dan SDA kita sendiri untuk mandiri dan protokol new normal harus bisa merakyat dan bisa untuk semua.” tambah Hasto.(red)